Seperti yang kita ketahui tahun 2020 merupakan tahun yang sangat menantang.
Krisis pandemi yang terjadi sekali selama satu abad ini dibarengi dengan penutupan ekonomi global merupakan hal yang tidak biasa secara global.
Namun kita masih bisa bernafas lega karena DBS Chief Investment Office (CIO) dalam laporannya 1Q21 CIO Insights, "A New Hope" melihat adanya perkembangan positif di tahun 2021.
Perkembangan vaksin yang baik memberikan harapan bahwa ekonomi global dapat kembali pulih.
Pasar modal juga mulai berangsur pulih seiring dengan saham bernilai rendah mulai bertumbuh, seperti industri pariwisata, serta perbankan dan saham energi. Hal terpenting ialah rotasi ini menghasilkan "perluasan" pasar, dimana tidak hanya dikuasai oleh Big Tech saja.
Secara garis besar, ada lima poin yang direkomendasi DBS CIO dalam melakukan investasi di tahun 2021. Berikut kelima hal tersebut.
1. Pasar Saham
Chief Investment Officer DBS Hou Wey Fook mengatakan, dengan berakhirnya ketidakpastian pemilu Amerika Serikat (AS) serta distribusi vaksin Covid-19, pihaknya yakin bahwa pasar saham akan menguat pada 2021.
"DBS CIO melihat beberapa kesamaan antara saat pertama pasar saham menguat dengan kondisi saat ini. Berdasarkan definisinya, pasar menguat saat harga saham-saham naik sebesar 20% atau lebih. Kenaikan harga saham yang tinggi sejak 23 Maret 2020, menandai awal penguatan pasar," jelas dia dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (5/1/2021).
Selama dislokasi pasar, aset berisiko cenderung diperdagangkan sesuai dengan "delta" indikator makro saat indikator tersebut mencapai titik ekstrim. Dengan kata lain, selama kondisi makro tidak semakin memburuk, penjualan akan mencapai titik balik dan mulai berubah arah.
"Dalam kondisi pandemi Covid-19, perilaku perdagangan tetap sama, terbukti dengan indeks saham AS, yang meningkat 18% selama April dan Mei 2020 meskipun PMI Manufaktur mengalami kontraksi. Ini menandakan bahwa sentimen telah mencapai titik terendah dan penguatan menandai awal siklus baru," ungkap Hou Wey Fook.
2. Pasar semakin menguat pada 2021
2021 mengawali tahun pemulihan karena perusahaan secara berangsur-angsur bangkit dari pandemi dengan lebih kuat dan sigap. DBS CIO berpandangan imbal hasil obligasi riil yang negatif akan menopang aset berisiko, premi risiko saham memicu aliran dana masuk ke ekuitas, penghasilan perusahaan akan menguat karena bisnis mulai beroperasi secara normal, dan rotasi ke saham-saham dengan valuasi yang lebih murah menandai penguatan berkelanjutan.
3. I.D.E.A - Juara Dunia Baru
DBS Chief Investment Office (CIO) melihat ekonomi digital menjadi trend di dunia. DBS CIO telah menciptakan akronim I.D.E.A. untuk merangkum jenis perusahaan yang akan unggul di dunia digital ini. Perusahaan yang memiliki karakteristik sebagai Inovator, Pembaharu (Disruptor), Pembuka Kesempatan (Enabler), dan Penyadur (Adapter) (I.D.E.A) telah melihat harga saham mereka melonjak, dan diharapkan trend ini terus berlanjut. Saham-saham perusahaan I.D.E.A merupakan pilihan menarik untuk dibeli karena mereka beradaptasi dengan cepat di masa pandemi ini.
4. Sektor bioteknologi
DBS CIO tetap mendukung sektor Layanan Kesehatan - terutama bioteknologi. Seruan ini telah mulai mendapatkan dukungan besar di tengah pandemi saat ini. Terlihat juga beberapa tema pertumbuhan sekuler yang berdampak pada industri dengan konsekuensi jangka panjang yang menguntungkan terhadap layanan kesehatan dan pengembangan obat.
"Ini termasuk kecenderungan demografis, yang luas, dan kemajuan besar dalam ilmu kedokteran. Hal ini menciptakan optimistisme terhadap trend terkait penemuan dan pengembangan obat-obatan baru," papar Hou.
5. Tetap berinvestasi melalui portofolio Barbell
Strategi DBS CIO Barbell memerlukan alokasi aset berdasarkan atas dua bidang fokus: (a) Pertumbuhan nilai aset dan (b) Pendapatan. Komponen "Pertumbuhan" terdiri atas ekuitas yang mendapat manfaat dari tren pertumbuhan sekuler, seperti perusahaan I.D.E.A.
Sementara komponen "Pendapatan" terdiri atas obligasi korporasi dan ekuitas yang menghasilkan dividen, seperti Singapore REITs. DBS CIO menyertakan emas sebagai "aset yang mendiversifikasi risiko" untuk menambah ketahanan portofolio terhadap dunia yang bergejolak.